Oleh: Aditya Saptadi Rere, Anggoro Chandra Y, Asti Vanani, Dwi Sartika
A. PENGERTIAN
Cutaneus larva migran merupakan suatu penyakit kulit akibat parasit yang disebabkan oleh migrasi dari larva cacing tambang binatang seperti anjing dan kucing pada epidermis kulit manusia. Suatu penyakit kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif. Larva cacig beredar di bawah kulit manusia, yang ditandai dengan adanya erupsi kulit berupa garis papula kemerahan. Penyakit ini juga dikenal sebagai Hookworm-related cutaneous larva migrans (HrCLM) (Saroufim et al.,2014).
B. PENYEBAB
Penyebab utama dari HrCLM adalah larva cacing tambang dari kucing dan anjing (Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicum). Penyebab lain yang memungkinkan, yaitu larva Uncinaria stenocephala dan Bunostomum phlebotomum (Richey et al.,1996).
C. MORFOLOGI
- Ancylostoma caninum
Memiliki tiga pasang gigi. Panjang cacing jantan dewasa Ancylostoma caninum berukuran 11-13 mm dengan bursa kopulatriks dan cacing betina dewasa berukuran 14-21 mm. Cacing betina meletakkan rata-rata 16.000 telur setiap harinya (Richey et al.,1996).
- Ancylostoma braziliense
Morfologi mirip dengan A. Caninum, tetapi kapsul bukalnya memanjang dan berisi dua pasang gigi sentral. Gigi sebelah lateral lebih besar, sedangkan didi sebelah medial sangat kecil. Selain itu, pada Ancylostoma braziliense juga terdapat sepasang gigi segitiga di dasar bukal kapsul. Cacing betina berukuran 6-9 mm dan cacing jantan berukuran 5-8 mm. Cacing betina dapat mengeluarkan telur 4.000 butir setiap hari (Richey et al.,1996)
D. SIKLUS HIDUP
Telur keluar bersama tinja pada kondisi lembab, hangat, dan tempat yang teduh. Telur menetas dalam 1-2 hari menjadi larva rabditiform yang tumbuh di tinja dan/atau tanah menjadi larva filariform (larva stadium tiga) yang infektif setelah 5-10 hari. Larva dapat bertahan hidup selama beberapa bulan jika tidak terkena matahari langsung dan berada dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Pada kontak hewan (anjing dan kucing), larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian menembus alveoli, ke bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva mencapai usus kecil, kemudian tinggal dan tumbuh menjadi dewasa (Saroufim et al.,2014).

Larva migran pada manusia apabila terinfeksi larva filariform dengan menembus kulit.. Larva merayap di sekitar kulit untuk tempat penetrasi yang sesuai. Akhirnya larva menembus ke lapisan korneum epidermis (Saroufim et al.,2014).