Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Gejala akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang dapat disertai demam, sakit kepala, rasa lemah serta dapat pula menjadi abses. Abses dapat pecah yang selanjutnya dapat menimbulkan parut, terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala kronik berupa limfedema, lymph scrotum, kiluria, dan hidrokel. Limfedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran getah bening kembali ke dalam darah. Lymph scrotum adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum. Ditemukan juga vesikel dengan ukuran bervariasi pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi pakaian. Kiluria adalah kebocoran yang terjadi akibat pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di ginjal (pelvis renalis). Hidrokel adalah pembengkakan yang terjadi pada skrotum karena terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis (Taylor, et al., 2010).

Pencegahan penyakit filariasis dapat dilakukan dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk dan memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk. Pada rumah, diatur cahaya dan ventilasi, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk. Strategi utama pada pemberantasan transmisi limfatik filariasis adalah dengan melakukan MDA (Mass Drug Administration) tahunan menggunakan obat DEC (Diethylcarbamazine citrate) atau Albendazole. Obat tersebut mengatasi filariasis dengan membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa. Efek samping obat tersebut adalah pusing, mual, demam, nyeri pada otot dan sendi, serta sakit kepala. Tetapi obat-obat tersebut tidak boleh digunakan pada wanita hamil, anak-anak dibawah umur 2 tahun, dan yang memiliki penyakit serius (Keating, et al., 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Anindita & Mutiara, H., 2016. Filariasis: Pencegahan Terkait Faktor Risiko. JK UNILA, Volume 1, pp. 393-398.
Cho, S. H. et al., 2012. Surveillance and Vector Control of Lymphatic Filariasis in the Republic of Korea. OSong Public Health Res Perspect, Volume 3, pp. 145-150.
Keating, J., Yukich, J., Mollenkopf, S. & Tediosi, F., 2014. Lymphatic Filariasis and Onchocerciasis Prevention, Treatment, and Control Costs Across Diverse Settings: A Systematic Review. Acta Tropica, Volume 135, pp. 86-95.
Taylor, M., Hoerauf, A. & Backarie, M., 2010. Lymphatic Filariasis and Onchocerciasis. The Lancet, Volume 376, p. 1175.